Download

  • Enter Slide 1 Title Here

    Woody Magazine is a free premium blogger template from PremiumBloggerTemplates.com. This is free for both personal and commercial use. However, you are required to keep the footer links intact which provides due credit to its designers and authors.
    This is slide 1 description. Go to Edit HTML of your blogger blog. Find these sentences. You can replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

  • Enter Slide 2 Title Here

    Woody Magazine is a free premium blogger template from PremiumBloggerTemplates.com. This is free for both personal and commercial use. However, you are required to keep the footer links intact which provides due credit to its designers and authors.
    This is slide 2 description. Go to Edit HTML of your blogger blog. Find these sentences. You can replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

  • Enter Slide 3 Title Here

    Woody Magazine is a free premium blogger template from PremiumBloggerTemplates.com. This is free for both personal and commercial use. However, you are required to keep the footer links intact which provides due credit to its designers and authors.
    This is slide 3 description. Go to Edit HTML of your blogger blog. Find these sentences. You can replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

Minggu, 08 Mei 2016

Nama Sunan Kalijaga adalah gelar yang diberikan kepada Raden Syahid, putera dari Raden Sahur Tumenggung Wilatikta, Adipati Tuban. Ia murid dari Sunan Bonang. Setelah mendapatkan berbagai ilmu agama dari sunan Bonang, Raden Syahid diberi gelar Sunan Kalijaga. Sebelum menuntut ilmu kepada Sunan Bonang, beliau hidup di kalangan istana Tumenggung Arya Tejo, adipati Tuban. Ia dididik dalam bidang pemerintahan dan militer, khususnya bidang angkatan laut. Berkenaan dengan ilmu kelautan, ia telah pandai membuat kapal/perahu yang berguna untuk memajukan perdagangan dan pelayaran kerajaan Demak. Dakwah Sunan Kalijaga banyak di tujukan kepada golongan petani dan buruh. Ia sering mengadakan dakwah keliling ke luar kota Demak. Sarana dakwah yang dia gunakan yaitu pertunjukan wayang kulit. Alur cerita, tokoh-tokohnya, dan beberapa ajimat dalam cerita disesuaikan dan diganti dengan unsur-unsur Islam. Tanpa terasa rakyat yang menonton pertunjukan wayang kulitnya telah diajari agama Islam, dan rakyat menerimanya dengan tanpa ada unsur paksaan. Karena itu, pengikut Sunan Kalijaga semakin hari semakin banyak, dari lapisan bawah sampai kalangan atas. 

Sunan Kalijaga

Sumber : Kamus Pintar Sejarah
17.47   Posted by Andhika Budi with No comments
Read More
Syekh Maulana Malik Ibrahim diduga berasal dari Turki. Beliau diperkirakan datang ke Pulau Jawa pada tahun 1404 Masehi, dengan tujuan mengadakan dakwah keliling. Ia kemudian menetap di Gresik, sebab kota ini sangatlah ramai dikunjungi orang sebagai bandar perdagangan di pantai utara Jawa Timur. Selama kurang lebih 20 tahun, Syekh Maulana Malik Ibrahim berhasil mencetak kader dakwah di Gresik. Beberapa wali menjadi muridnya sendiri, seperti Sunan Ampel. Diantara para wali itu sendiri diikat oleh hubungan pendidikan dan hubungan kekeluargaan. Sistem seperti ini telah dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Hal ini merupakan salah satu strategi dalam menyebarkan agama Islam. Maulana Malik Ibrahim meninggal dunia pada tahun 1419 Masehi. Ia dimakamkan di kota Gresik. Karena itu, beliau terkenal sebagai sunan Gresik. 

Sunan Gresik

Sumber : Kamus Pintar Sejarah
17.16   Posted by Andhika Budi with No comments
Read More

Rabu, 04 Mei 2016

Bukan desas-desus lagi, memang para wali terpercaya menjadi dua kelompok. Masing-masing memegang pendapatnya sendiri tentang cara menyebarkan Islam kepada masyarakat Jawa. Kelompok pertama dipelopori oleh Sunan Kalijaga, putra Tumenggung Wilwatikta, adipati Majapahit di Tuban. Ia didukung oleh Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Kudus, dan Sunan Gunung Jati. Mereka disebut kaum Abangan atau dikenal dengan aliran Tuban. Lawannya adalah kaum Putihan yang diketahui oleh Sunan Giri. Yang menopangnya adalah Sunan Ampel dan Sunan Drajat.
Lukisan Wayang Kulit
Masalah cukup menegangkan. Sunan Giri dan kelompoknya tidak menyukai siasat dakwah yang di jalankan oleh Sunan Kalijaga. Mereka menganggap kaum Abangan terlalu lunak menghadapi kepercayaan Hindu dan Budha yang masih mengendap dalam keimanan masyarakat luas. Mengenai hal ini, Sunan Giri menginginkan cara yang lebih tegas tanpa basa-basi. Islam harus diteggakan seperti aslinya. Adat istiadat lama harus dibuang. Peninggalan syirik wajib dihapus sama sekali. Hukum syariat mesti dilaksanakan dengan sepatutnya. Pedomannya tidak ada lain, Kitabullah Alquran dan Sunnah Rasulullah. Kejawen supaya ditindas sampai ludas secepatnya agar di kemudian hari tidak mengakibatkan keracunan dan kekisruhan akidah. Siapa yang mau menjadi Islam, Islmlah yang sempurna, yang tuntas. Siapa yang tidak suka, tidak usah dihiraukan lagi. Toh agama sudah menetapkan, mau beriman atau mau kafir, telah di bentangkan persoalannya dengan gamblang.
 
Namun, perpecahan itu hanya terbatas ke dalam, tidak merembet ke tengah-tengah rakyat secara terbuka. Itulah yang membuat para wali masih tetap bersatu dan saling membantu hingga penyiaran ajaran Nabi Muhammad makin berkembang dari hari ke hari.

 Sunan Kalijaga berpikir lebih jauh dengan membandingkan cara-cara yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad semasa mendakwahkan risalahnya kepada masyarakat jahiliyah yang masih tersesat. Beliau dengan santun menanamkan akidah tauhid melalui cara dakwah yang bijak dan bertahap. Dibiarkannya dahulu orang-orang Badwi membayangkan Tuhan menurut pikiran mereka yang sederhana. Setelah belasan tahun, barulah keesaan Allah ditampilkan dengan lugas dan murni. Bahwa Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan. Bahwa Allah tidak sama dengan makhluk-Nya.

Menurut kaum Abangan, adat lama yang bisa dikawinkan dengan agama, tidak perlu ditentang. Adat asli dibiarkan berjalan, tetapi isinya yang berlawanan dengan Islam diubah pelan-pelan. Cara ini dinamakan Tut Wuri Hangiseni.

Puncak perpecahan itu tampak menyolok pada waktu mereka membangun Masjid Agung Demak. Para santri masing-masing kelompok saling bersaing dengan membawa pendiriannya yang bertentangan sehingga, jika santri-santri kaum Putihan sudah memasang salah satu perabot, para santri aliran Abangan berusaha menghalang-halangi. Tujuannya agar mereka biar menguasainya atau bisa menyatakan bahwa Masjid Demak adalah bikinan mereka. Akibatnya, masjid besar itu tidak dapat berdiri dengan kokoh. Bangunannya masih rapuh, dan nyaris akan roboh.

Sunan Kalijaga cepat bertindak. Ia mengumpulkan tatal, serpihan-serpihan kayu dari kedua belah pihak, lalu disusunnya menjadi tiang penyangga pokok yang dinamakan soko guru.Untuk mengikatnya lebih kuat, Sunan Kalijaga meminta semua wali dari kedua aliran itu buat bekerja sama dalam suasana gotong-royong dan persaudaraan yang akrab. Hasilnya sangat menakjubkan. Soko guru yang terbuat dari susunan tatal atau pecahan kayu kecil-kecil itu bisa menegakkan bangunan masjid dengan sempurna dan menjadi simbol persatuan yang erat. Berpadu dalam berbeda, itulah yang diharapkan, sesuai dengan sabda Nabi Muhammad bahwa perbedaan pendapat para pemimpin umat adalah rahmat bagi segenap umat.

Kini, setelah masjid berdiri dengan megah, timbul persoalan kembali. Yaitu mengenai upacara pembukaannya. Kelompok Sunan Giri menyatakan, peresmian masjid harus dilakukan dengan salat jamaah beramai-ramai, khusus untuk umat yang sudah menjalankan ibadah saja. Kelompok Sunan Kalijaga menetapkan upacara yang berbeda. Akan diadakan pergelaran wayang kulit di halaman masjid.

Sunan Giri dan kelompoknya menolak keras. Wayang kulit, yang menggambarkan sosok-sosok manusia adalah haram. Untuk itu Sunan Kalijaga tidak kehabisan akal. Ia membuat tokoh-tokoh pewayangan dalam bentuk yang serba ganjil. Tantangannya panjang-panjang, mukanya pipih, dan hidungnya tidak wajar. Ia mengemukakan dalih, bentuk-bentuk seperti itu jelas bukan sosok manusia. Jadi tidak haram.

Akhirnya diadakan kesepakatan. Upacara peresmian didahului dengan salat jamaah bagi umat Islam yang sudah sempurna menjalankan ibadah. Barulah sesudah itu dipukul gong dan ditabuh gamelan guna memanggil seluruh masyarakat tanpa membeda-bedakan kepercayaan serta agama mereka, agar berduyun-duyun memasuki halaman masjid. Mereka berdatangan harus melewati pintu gerbang yang disebut gapura, berasal dari sifat Tuhan yang ghafura, maha pengampun. Di halaman masjid itulah dipergelarkan pertunjukan wayang kulit yang berisi dakwah. Dalangnya adalah Sunan Kalijaga sendiri.

Maka semua orang menjadi lega dan bersukacita. Persatuan kembali terbuhul. Lalu, untuk mengenang Sunan Giri yang telah diangkat sebagai mufti Tanah Jawa, ke dalam tokoh wayang Batara Guru dijelmakan Sang Hyang Girinata. Artinya, Sunan Girilah yang menata pengukiran wayang itu batas-batas mana yang boleh dan yang tidak boleh, agar tidak melanggar syariat lagi, sampai terwujudlah wayang kulit Islam.



Sumber        : 30 Kisah Teladan Jilid 9  
Pengarang    : K. H. Abdurrahman Arroisi   

01.13   Posted by Andhika Budi with No comments
Read More

Bookmark Us

Delicious Digg Facebook Favorites More Stumbleupon Twitter

Search